Rabu, 08 April 2009

Harga Emas Diprediksi Naik Menjadi US$ 2000 di tahun 2010 - 2011

Sepanjang sejarah, logam mulia kerap kali diburu orang. Semula sebagai alat perhiasan semata, namun puluhan tahun ini emas sudah menjadi salah satu instrumen investasi yang menguntungkan.

Nah di tahun ini saja, harga emas masih lumayan bagus, di kisaran 900-an USD per troy ons, kalau pun turun itu hanya terkonsolidasi sebentar. Apalagi memang, di saat perekonomian sedang megap-megap, emas malah semakin kinclong. Menurut Nico Omer Jonckheere, puncak harga emas bakal terjadi di tahun 2010 hingga 2011. Di tahun-tahun itu kilaunya bisa menembus angka USD 2.000 per troy ons. Wow, sebuah rekor yang begitu fantastik.

Di tengah harga-harga saham yang masih berguguran, sudah saatnya para investor beralih ke instrumen lain sebagai alternatif investasinya, di antaranya emas. Namun terlebih dahulu perlu diteliti sedalam mungkin faktor-faktor lainnya, seperti dari sisi penguatan mata uang rupiah, kondisi pemulihan krisis, tingkat risiko seperti apa yang akan ditanggung jika mau berinvestasi di emas, dan timing yang pas untuk membeli emas. Karena, menurut pakar investasi emas yang akrab di sapa Nico OJ ini, kalau mau berinvestasi di emas tunggu hingga nilai rupiahnya menguat, paling tidak sampai mendekai Rp 10.000 per USD. Nico OJ yang juga Vice President Research & Analysis Valbury ini, memprediksi rupiah akan menguat di waktu-waktu pemilu usai.
“Jadi dalam tiga bulan terkahir seharusnya rupiah menguat, ya bisa 1.000-1.500 perak tergantung posisi rupiahnya. Itu saatnya beli emas, karena akan ‘murah’. Sebab menurut saya, harga emas akan cenderung terkonsolidasi tidak jauh di angka yang sekarang (kisaran 900-an),” saran Nico memberi strategi.

Bahkan dari perkembangan saat ini, di mana –salah satunya– peredaran mata uang dollar AS begitu gencar, maka di tahun 2010, dunia akan terkena depresi yang sangat dalam, bukan hanya sebuah krisis. Oleh karena itu, kata dia, emas akan menjadi investasi satu-satunya yang menjanjikan. Karena nanti saham-saham di dunia akan kembali anjlok, Dow Jones saja dia perkirakan longsor ke angka 3.800, harga-harga perumahan pun terus turun sampai tahun 2014, komoditas lainnya juga akan terjerembab, akibat depresi yang sangat dalam. “Jadi tidak ada investasi yang relevan selain emas,” tandasnya.

Tentu saja, dalam menghadapi depresi otomatis likuiditasnya akan turun, dan masing-masing negara bakal sibuk menyelesaikan masalahnya yang cukup dahsyat, termasuk Indonesia. “Makanya, ke depan pertanyaannya, pertama, adakah dana untuk melakukan ekspansi perekonomian? Kedua, komoditas seperti CPO, karet, batu bara, dan lainnya, akan anjlok setelah mengalami kenaikan. Sekarang ini saya pikir akhir tahun ini dan sampai tahun depan komoditas akan naik cukup dashyat, cuma nanti ketika benar-benar masuk depresai kembali turun, khususnya di semester dua 2010. Jadi kondisi seperti itu ada siklus komoditasnya, bergulir sekitar 30 tahun. Emas terakhir mencapai titik tertingginya tahun 1980, sekitar 850. Kemudian di tahun 2010. Sebelumnya, sudah terjadi di tahun 1920 dan 1950,” papar dia.

Namun ia pun mengakui, booming emas yang akan terjadi di akhir tahun ini, kuncinya, apakah angka 1.130 di tahun lalu bisa terlampaui atau tidak. Jika bisa terlampaui target berikutnya adalah tembus ke level 1.250. Awal tahun ini baru sampai angka 1.005, itu pun kemudian turun lagi. Kejadian di awal tahun itu, ada kenaikan dari 681 sampai 1.005, jadi naik sekitar 45 persen. Ya, kalau ada koreksi ke bawah, kata Nico, masih wajar-wajar saja.

Tergantung Demand dari Market
Karena harga yang masih relatif tinggi, bahkan bakal bisa terus meninggi, demand akan emas sendiri mengalami penurunan. Selain soal harga, konsumen emas memperhitungkan mata uangnya yang cenderung melemah di beberapa negara seperti di Asia. Sementara kita tahu permintaan akan emas itu paling besar di Asia dan Timur Tengah. Karena mata uang mereka melemah terhadap dollar AS otomatis emas menjadi jauh lebih mahal. Ini jelas faktor yang sangat diperhatikan. “Karena logikanya seperti ini, misal di Indonesia, 1 troy ons itu sebesar 31,1 gram. Jika harganya USD 980 per troy ons, kita mesti mengkali 31,1 gram dengan pertukaran rupiah terhadap dollar AS, misal 11.500. Bila makin melemah mata uangnya otomatis makin mahal emasnya,” jelas dia.

Tapi memang yang mentukan naik-turunnya emas itu tetap dipengaruhi factor supply-demand. Selama ini ada tiga permintaan besar, permintaan dari retail terutama perhiasan, dari industri, dari adanya investment demand. Untuk menghitung sisi investment demand ini, dapat dilihat dari gold exchange-traded fund (ETFs). Pada tahun 2008, permintaan akan emas lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Para investor, khsusnya, di AS, Eropa dan Inggris mengalirkan banyak uang dalam gold ETFs yang merupakan salah satu cara yang popular akhir-akhir ini untuk memperolah exposure terhadap emas. Jumlah emas yang dimiliki oleh semua gold ETFs di dunia pada pertengahan Januari lalu melebihi 40 juta ounce untuk pertama kalinya.

“Nah demand-nya dari tahun ke depan, terutama dari tahun 2002 itu naik terus, karena orang memperkirakan bahwa emas itu menjadi lahan investasi yang sangat bagus ke depannya,” jelasnya.

Tunggu Timing-nya
Cuma pria berkebangsaan Belgia ini mengingatkan, melihat kondisi saat ini para investor perlu menahan diri, tunggu sampai saat yang tepat yakni di kuartal terkahir tahun ini. Memang, belakangan ini emas terkoreksi kembali dan bahkan ditutup di bawah USD 900 per troy ons pada 3 April 2009 lalu. Permintaan emas menurun menyusul sentimen di pasar modal global yang membaik secara signifikan. Akibatnya, banyak investor yang memutuskan untuk memindahkan sebagin dananya dari pasar emas ke aset yang lebih berisiko.

Selain itu, kata dia yang perlu dicermati adalah, rencana IMF untuk menjual emas sebanyak 403 ton atas seruan dari negara G20. Jelas ini menekan harga emas dalam dua pekan terakhir. IMF ingin dari dana penjualan itu bisa membantu negara-negara termiskin di bumi akibat krisis ini, meski keputusan tersebut masih menunggu persetujuan Kongres AS. Tapi, seandainya disetujui, dengan jumlah emas sebanyak itu pasti akan mudah diserap pasar, pasalnya banyak bank central berminat untuk menambah emas sebagai cadangan mereka.

“Makanya, bagi saya, faktor yang paling penting adalah dari sisi waktu. Saat ini bukan waktu yang tepat untuk beli emas. Rasanya dari bulan April hingga Agustus tahun ini harga emas akan terkonsolidasi dan tidak terlalu menggiurkan dari sisi keuntungan. Oleh karena itu, sebaiknya investor menahan diri untuk sementara waktu dan fokus pada kuartal terakhir atau musim gugur yang biasanya waktu itu banyak orang membeli emas untuk merayakan berbagai hari besar,” saran dia.

Saat dikonfirmasi, jika harus berinvestasi di emas, Nico menyebutkan semuanya tergantung pada tingkat risiko yang mau diambil. Bila mau di koin atau batangan, mestinya harus mempunyai safety deposit box yang aman dan terregistrasi. “Karena, kalau safety deposit box itu tidak diasuransi atau register, jika hilang akan susah. Cuma, kalau mau main di pasar berjangka, ya memang high risk high return. Risikonya tingi, retrun-nya juga cukup tinggi. Semuanya tergantung mau memilih risiko di mana?” pungkasnya.



Cara Cerdas Investasi Emas

Read More...
Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template